Kamis, 13 Desember 2012

kreatif

LAPORAN  PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
ACARA V
“DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL DAN TEKSTUR TANAH”






           

Oleh :
ALAKHYAR
E1J009001

  Hari/tanggal        : Rabu, 10 Oktober 2012
Shiff                      :  Rabu jam 08.00 -10.00WIb               
             Co-Ass           : Dodi HardiansyahHHAx




PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Distribusi ukuran partikel adalah parameter dari ukuran distribusi partikel primer di dalam contoh tanah. Partikel-partikel tanah mencakup sebaran yang sangat besar, mulai dari batu (> 0,2 m) hingga liat (< 2 μm). Namun partikel-partikel yang dikategorikan sebagai bahan pembentuk tanah adalah berukuran < 2 mm dan dibagi menjadi tiga kelompok utama: pasir, debu, dan liat. Batasan dari ketiga fraksi tersebut sangat tergantung pada sistem klasifikasi yang digunakan.
Besarnya partikel tanah relative sangat kecil, diistilahkan dengan tekstur menunjukkan sifat halus atau kasarnya butiran-butiran tanah. Lebih khas lagi tekstur ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat dalam tanah. Dalam pengukuran tekstur tanah, kerikil dan partikel yang lebih besar idak doperhitungkan.
Tekstur tanah yang terlibat dalam butiran berjarak dari diameter 2000 μ (2 mm) samp[ai ukuran 0,001 mikro (10-6 mm) tiap unit ukuran itu adalah kelipatan sepuluh. (Rifa’i, 1985:22)
Sebenarnya pada tekstur tanah liat. Liat merupakan fraksi tanah yang aktif sedangkan dan pasir hanya sebagai penyususun kerangka tanah. Jadi yang penting untuk kita ketahui dalam bidang pertanian adalah bagaimana perbandingan yang paling ideal antara pasir, debu dan liat. Lempung merupakan gabungan dari debu dan liat yang perbandingan relatif sama. Tanah lempung inilah yang paling baik untuk tanah pertanian. Dengan segi tiga tektur kami akan mencoba menyelidiki dan menentukan apakah baik untuk pertanian atau tidak maka dengan adanya acara praktikum ini  semoga kami mampu mempraktekannya dilapangan.

1.2    TUJUAN
o    Menetapkan distribusi ukuran partikel tanah
o    Menetapkan kelas tekstur tanah



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tekstur tanah menunjukkan komposisi penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative angka fraksi pasir berdiameter 2 – 0,2 mm atau 2000 – 200 μm, debu berdiameter 0,2 – 0,002 mm atau 200 – 0,2 μm, dan liat < 2 μm. Partikel berukuran > 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, tetapi harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah. (Hanafiah, 2005:61)
Tanah sebagai susunan yang paling mengikat partikel-partikel tanah. Ikatan partikel tanah itu berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya. Tanah tersebut terdiri dari bahan padat, bahan cair dan gas serta jasad hidup. Bahan padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik. Tanah yang anorganik terdapat dalam bermacam-macam bentuk dan ukurannya. Berdasarkan ukurannya dibagi atas beberapa fraksi atau golongan yaitu fraksi batu ukurannya sebesar dari 10 mm, fraksi kerikil antara 2 mm sampai 10 mm fraksi pasir antara 0,05 sampai dengan 2 mm. Fraksi debu antara 0,02 sampai dengan 0,05 mm dan liat berukuran kecil dari 0,02 mm (Darmawijaya Isa, 1992)
Tekstur tanah dalam turut menentukan tata air dalam tanah dan besar kecilnya aliran air permukaan ditentukan oleh:
1.    Kecepatan infiltrasi, yitu kemampuan tanah untuk merembeskan aur yang biasanya dinili dalam mm setiap satuan waktu.
2.    Kemampuan menetrasi atau permeabilitas air yang ada di lapisan tanah yang beralinan atau lebih jelasnya lagi kemampuan air yang terdapat pada suatu lapisan untuk menembus lapisan lain yang ada di bawahnya.
(Kartasapoetra, 2000)
Tekstur tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konsistensi dan struktur tanah. Sehingga tanah berpasir selalu lapas dan berbutir-butir tunggal, sedangkan lempung selalu sangat teguh dan hamper selalu mampat. Tekstur turut menentukan letak air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan penyerapan air oleh tanah. (Darmawijaya, 1992)
Tekstur suatu horizon tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah, berlainan dengan struktur dan konsentrasi. Memang kadang-kadang didapati perubahan dalam lapisan itu sendiri karena dipindahkannya lapisan permuakan atau berkembangannya lapisan permukaan yang  baru. Perpindahan ini dapat disebabkan karena erosi tanah.  Karena sifatnya yang realtif tetap untuk jangka waktu tertentu maka tekstur tanah sudah lama menjadi dasar klasifikasi fisika tanah. (Darmawijaya, 1992)
Pasir dan debu tersebut fraksi non aktif yang biasanya dengan bahan-bahan lain membentuk kerangkan tanah. Liat merupakan fraksi aktif yang termasuk dalam fraksi penting di dalam tanah karena mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan pasir dan debu.
a.    (Darmawijaya isa, 1992)
Ketentuan halus dan kasar tekstur tanah akibat dirasakannya adanya bahan yang halus dan kasar yang membentuk tanah. Fraksi pasir dan debu  ini masih merupakan batu asli (induk batu) yang dapat pula disebut “reserve mineral” (sumber mineral cadangan) bagi tanah yang bersangkutan. Pelapukan terhadap kedua fraksi ini berjalan terus, dan akhirnya lambat laun pasti akan menjadi fraksi liat seluruhnya. (Rismunandar, 1984)
Berdasarkan kelas tekstur tanah di kelompokkan lagi menjadi 12 kelompok yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempng, lempung berdebu, debu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu dan liat (Poerwowidodo, 1992)
Tekstur tanah menggambarkan persentase (berdasarkan berat) dari ketiga komponen penyusun fraksi mineral tanah, yakni pasir (sand) debu (silt), dan liat (clay). Ketiga fraksi tanah ini dibedakan satu sama lain oleh diameter partikel-partikel yang besangkutan. Bagi partikel yang dianggap tidak bulat dianggap memiliki diameter yang sama dengan rata-rata antara ukuran maksimum dan minimumnya. Partikel tanah yang mempunyai diameter > 2 mm tidak termasuk kedalam kelompok tekstur tanah. Partikel-partikel tanah seperti kerikil dan batu dapat mempengaruhi kemudahan pengolahan tanah. Namun partikel-partikel tidak berpengaruh secara langsung sifat- sifat dasar tanah seperti kemampuan penahan air, penyedia hara tanah dan sebagainya.
Setiap partikel tanah memberikan peran yang sangat penting bagi sifat tanah secara keseluruhan. Liat bersama-sama bahan organik memegang peran yang sangat penting dalam menahan air tanah serta ketersediaan hara bagi tanaman. Partikel-partikel yang halus juga berperan bagi agen perekat. Partikel-partikel tanah yang lebih besar atau kasar untuk membentuk agregat atau struktur tanah. Sementara itu partikel tanah yang lebih besar lagi berperan sebagai penyusun kerangka tubuh tanah, mempertanahkan permeabilitas tanahserta meningkatkan aerasi tanah. Selain itu partikel yang lebih besar ini juga membuat tanah menjadi lebih tanah terhadap gaya berat yang terjadi di atas permukaan tanah. (Suhardi, 1997)

BAB III
BAHAN DAN METODE PRATIKUM

3.1    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah contoh tanah yang telah dihaluskan, mixer elektronik, silinder 1-1, beaker 600 ml, timbangan, oven, calgon 5 %, amyl alkohol dan akuades.
3.2    Cara Kerja
Kalibrasi Hydrometer
3.2.1    Memasukkan 100 ml larutan larutan calgon 5 % ke dalam silinder sedimentasi kapasitas 1 1 dan menambahkan akuades dengan suhu ruang hingga mencapai volume 1 1.
3.2.2    Kemudian mengaduk larutan secara merata dengan alat pengaduk yang digerakkan naik turun dan mencatat suhunya.
3.2.3    Kegunaan larutan blanko ini adalah untuk mengoreksi pembacaan hydrometer pada suspensi contoh tanah dan pembacaan pada kedua larutan tersebt harus dilakukan secara bersamaan.

Dispersi tanah
3.2.1    Menimbang 50 g tanah (Wt) dan memasukkan ke dalam beaker 600 ml dan kemudian menambahkan 250 ml akuades dan 100 ml 5 % dan membiarkan contoh tanah terendam selama satu malam
3.2.2    Memindahkan suspensi ke silinder sedimentasi dan menambahkan akuades hingga mencapai volume 1 1.

Pengukuran hydrometer
3.2.1    Mendiamkan suspensi beberapa saat sampai suhunya konstan kemudian mencatat suhu tersebut.
3.2.2    Memasukkan alat pengaduk ke dalam silinder dan aduk isinya secara merata dengan menggerakkan alat tersebut naik turun kemudian menambahkan satu tetes amyl alkohol bila permukaan suspensi ditutupi oleh buih.
3.2.3    Setelah pengadukkan selesai, memasukkan hydrometer ke dalam suspensi dan membaca skala 30 detik (Rl). Pembacaan ini menunjukkan kandungan liat + debu di dalam suspensi. Mengeluarkan hydrometer, mencuci dan mengeringkan dengan kain bersih selanjutnya memasukkan ke dalam larutan blanko, kemudian membaca dan mencatat skalanya.
3.2.4    Mengulangi pembacaan setelah 24 jam. Pembacaan ini digunakan untuk menghitung kandungan liat di dalam suspensi.

Pengitungan Distribusi Ukuran Partikel
3.2.1    Hidrometer dikalibrasikan pada suhu 200C, karena itu penghitungan distribusi ukuran partikel harus didasarkan pada suhu tersebut. Fraksi pasir, liat dan debu dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:



Dimana:
R1    =  pembacaan hydrometer pada contoh tanah setelah 24 jam
RL1    =  pembacaan hydrometer pada blanko setelah 24 jam
T1    =  suhu larutan pada pembacaan 24 jam (0C)
R2    =  pembacaan hydrometer pada contoh tanah setelah 48 jam
RL2     =  pembacaan hydrometer pada blanko setelah 48 jam
T2    =  suhu larutan pada pembacaan 48 jam (0C)
0,36    =  faktor koreksi suhu
La    =  kadar lengas contoh tanah kering angina (% berat)
Wt    =  berat contoh tanah kering angina (50 gr)




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1    HASIL PENGAMATAN
Sampel     La (%)    Wt (gr)    T1 (0C)    R1    RL1    T2 (0C)
Lapisan I    23,4    50     28    9    2    28,3
Lapisan II    13,8    50     28    10    2    28,4

Sampel     R2    RL2    % P    % L    % D    Kategori
Lapisan I    5    3    75,617    12,31    12,073    Sandy Loam
Lapisan II    6    3    75,238    13,71    11,052    Sandy Loam



Perhitungan:
Lapisan Top Soil















Lapisan Sub Soil
















       
       



4.2    PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum dan perhitungan distribusi ukuran partikel dan tekstur tanah, dapat diketahui bahwa pada lapisan I (top soil) persentase dari pasir (sand) adalah 75,617 %, liat (clay) 12,31 %, dan debu (silt) 12,073 %. Dapat dilihat bahwa persen pasir lebih banyak bila dibandingkan dengan persen liat dan persen debu, sehingga pasir lebih dominan. Sedangkan persen (%) debu dan persen liat seimbang. Apabila ketiga persen tersebut dimasukkan ke dalam segitiga tekstur (USDA), maka pada lapisan I terdapat pada kelas Sandy Loam (lempung berpasir). Tanah Lempung (Loamy Soil) adalah tanah yang mengandung fraksi debu dan fraksi liat yang mempunyai perbandingan yang seimbang. Tanah seperti ini baik bagi areal pertanian. Tanah sandy loam atau lempung berpasir, tanah jenis ini biasanya permeable terhadap air, karena lebih dominant pasir.
Pada lapisan II (sub soil) persentase dari pasir (sand) adalah 75,238%, liat (clay) 13,71 %, dan debu (silt) 11,052 %. Dapat dilihat bahwa persen pasir lebih banyak bila dibandingkan dengan persen liat dan persen debu, sehingga pasir lebih dominan. Sedangkan persen (%) debu dan persen liat hamper seimbang, tetapi liat lebih bayak dari debu. Apabila ketiga persen tersebut dimasukkan ke dalam segitiga tekstur (USDA), maka pada lapisan I terdapat pada kelas Sandy Loam (lempung berpasir).
Lapisan I (top soil) dan lapisan II (sub soil) tanahnya sama-sama dikategorikan ke dalam kelas Sandy Loam (lempung berpasir). Tetapi ada sedikit perbedaan yaitu kadar persen liat pada tanah lapisan II lebih besar dari persen liat tanah lapisan I. Karena menurut teori pada lapisan bawah (horizon B) yang lebih kaya akan liat bila dibandingkan dengan horizon A. Semakin ke horizon B3 maka semakin banyak kandungan liatnya.
Tanah dari kelas sandy clay loam dicirikan dengan aerase yang cukup baik, dan permeabilitas terhadap air sangat baik, serta kemampuan menyediakan hara bagi tanaman kurang baik karena bahan organiknya sedikit.







4.3    TUGAS
4.3.1    Tentukan tekstur tanah yang didapat dari segitiga tekstur
Jawab:
Pada lapisan I (top soil) fraksi pasir (sand) adalah 75,617 %, liat (clay) 12,31 %, dan debu (silt) 12,073 %, maka kelas tekstur tanahnya adalah Sandy Loam (lempung berpasir)
Pada lapisan II (sub soil) fraksi pasir (sand) adalah 75,238%, liat (clay) 13,71 %, dan debu (silt) 11,052 %, maka kelas tekstur tanahnya adalah Sandy Loam (lempung berpasir)

























BAB V
PENUTUP


5.1    KESIMPULAN
o    Pada lapisan top soil (lapisan I) didominasi oleh pasir sebesar 75,617 %. Sedangkan persen (%) debu dan persen liat seimbang.
o    Tanah pada lapisan I (top soil) termasuk ke dalam kelas Sandy loam atau Lempung berpasir.
o    Kadar persen liat pada tanah lapisan II lebih besar dari persen liat tanah lapisan I. Karena lapisan bawah (horizon B) yang lebih kaya akan liat bila dibandingkan dengan horizon A. Semakin ke horizon B3 maka semakin banyak kandungan liatnya.
o    Pada lapisan II (sub soil) persentase dari pasir (sand) adalah 75,238%, liat (clay) 13,71 %, dan debu (silt) 11,052 %. Persen pasir lebih banyak dibandingkan dengan persen liat dan persen debu, sehingga pasir lebih dominan.
o    Tanah pada lapisan II (sub soil) termasuk ke dalam kelas Sandy loam atau Lempung berpasir.
o    Tanah sandy loam termasuk ke dalam tanah ringan, karena fraksi pasirnya lebih dominant.
o    Pembentukan tekstur tanah dilihat dari segi kesuburan tanah sangat penting sekali dengan pertukaran dan penyanggahan ion-ion hara tanaman dalam tanah makin tinggi kandungan liat makin tinggi kesuburannya. Tekstur tanah sangat berperan terhadap stuktur tanah, tata air, tata udara, dan temperature tanah.











DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Kemas Ali, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Garfindo Persada.
Isa, Darmawijaya. 1992. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gajah Mada University press.
Kartosapoetra, A.G. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Riko cipta.
Poerwowidodo. 1992. Metode Selidik Tanah. Surabaya: Usaha Nasaional.
Rafi’i, Suryatna. 1985. Ilmu Tanah. Bandung: Angkasa Raya.
Suhardi, M.Sc. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Tim Pengasuh Praktikum. 2007. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bengkulu: Lab Ilmu Tanah UNIB.
Utomo, Wani Hadi. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar